Sejarah Singkat
Dr.(HC) Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno,
nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6
Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun.
Ia adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode
1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal
17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang
menamainya.
Kiprah Politik
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi
terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada
tahun 1915. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang
Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan
bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian, dia mencetuskan
perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java
diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari
Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi
cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Pada tahun 1930, ia dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu ia
memunculkan pledoinya yang fenomenal berjudul “Indonesia
Menggugat”, hingga ia dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno
bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan
dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan
diasingkan ke Flores.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942
Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas
pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa Penjajahan Jepang
Pemerintahan pendudukan Jepang
memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti
Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap
organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga untuk menarik hati penduduk
Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai,
Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh-tokoh nasional
seperti Soekarno, Moh.Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur,
dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Akhirnya,
tokoh-tokoh nasional tersebut diajak bekerja sama dengan pemerintah
pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada
pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan
Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang
berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan
“Meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang, sebenarnya kita
percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri”. Ia aktif
dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan
Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia
sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri
Jepang, Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima
langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang
kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut.
Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang
terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu
dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri.
Masa Perang Revolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan
orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia
Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
DudunNews
a member of Greycats Media
No comments:
Post a Comment